Pages

Minggu, 23 April 2017

CA. KANDUNG KEMIH

I.  Pengertian
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok.
Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis sel-sel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma.
Kanker kandung kemih dibagi tingkatannya berdasarkan kedalaman tingkat invasifnya yaitu: tingkat O Mukosa, tingkat A Sub Mukosa, Tingkat B Otot, Tingkat C Lemak Perivisial, Tingkat D Kelenjar Limfe.

II.  Fokus Pengkajian
Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri adalah gejala pertamanya pada kebiasaan tumor kandung kemih. Biasanya intermitten dan biasanya individu gagal untuk minta pertolongan. Hematuria yang tidak disertai rasa nyeri terjadi juga pada penyakit saluran kemih yang non malignant dan kanker ginjal karena itu tiap terjadi hematuri harus diteliti. Cystitis merupakan gejala dari tumor kandung kemih, karena tumor merupakan benda asing di dalam kandung kemih.
Pemeriksaan cytologi urine dapat memperkenalkan sel-sel maligna sebelum lesi dapat divisualisasikan dengan cystoscopy yang disertai biopsi. Penentuan klinis mengenai tingkatan invasif dari tumor penting dalam menentukan regimen terapi dan dalam pembuatan prakiraan prognose. Tiap orang yang pernah menjalani pengangkatan papilomma harus menjalani pemeriksaan cystoscopy tiap tiga bulan untuk selama dua tahun dan kemudian intervalnya sedikit dijarangkan bila tidak ada tanda-tanda lesi yang baru. Keperluan pemeriksaan yang sering harus dijelaskan oleh ahli urologi dan harus diperkuat oleh perawat.
Tumor-tumor kecil yang sedikit menjangkiti lapisan jaringan dapat ditolong dengan sempurna dengan fulgurisasi transuretra atau dieksisi. Foley kateter biasanya dipasang setelah pembedahan. Air kemih berwarna kemerahan tetapi tidak terjadi perdarahan gross. Rasa panas saat berkemih dapat diatasi dengan minum yang banyak dan buli-buli hangat pada daerah kandung kemih atau berendam air hangat. Klien boleh pulang beberapa hari kemudian setelah bedah. Bila tumor tumbuh pada kubah kandung kemih harus dilaksanakan reseksi segmental dari kandung kemih. Sistektomi atau pengangkatan seluruh kandung kemih harus dilaksanakan bila penyakit sudah benart-benar ganas.
Radiasi kobalt eksternal terhadap tumor yang invasif sering dilakukan sebelum bedah untuk memperlambat pertumbuhan. Radiasi supervoltase dapat diberikan kepada klien yang fisikinya tidak kuat menghadapai bedah. Radiasi bukan kuratif dan mutunya hanya sedikit dalam pengelolaan bila tumor tidak mungkin bisa dioperasi. Radiasi internal jarang dipakai karena efeknya yang berbahaya.
Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam kandung kemih sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam kandung kemih selama dua jam.


DIAGNOSA KEPERAWATAN & TINDAKAN PADA KLIEN DENGAN KANKER KANDUNG KEMIH
1.    Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan :
-          Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
-          Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
-          Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Tindakan :
  1. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
  2. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
  3. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
  4. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
  5. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
  6. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.
  7. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
  8. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
Rasional:
  1. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
  2. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
  3. Dapat menurunkan kecemasan klien.
  4. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
  5. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
  6. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
  7. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
  8. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.

2.     Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
-     Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
      -     Melaporkan nyeri yang dialaminya
-     Mengikuti program pengobatan
-    Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang    mungkin
Tindakan :
  1. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitas
  2. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara menghadapinya
  3. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
  4. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.
  5. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
  6. Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan juga dengan klien
  7. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll
Rasional:
  1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
  2. Untuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
  3. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
  4. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
  5. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
  6. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
  7. Untuk mengatasi nyeri.

3.  Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan :
       -   Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
 -     Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
-     Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
Tindakan :
  1. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
  2. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
  3. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
  4. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
  5. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
  6. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
  7. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
  8. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
Kolaboratif
  1. Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
  2. Berikan pengobatan sesuai indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
  1. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus.
Rasional:
  1. Memberikan informasi tentang status gizi klien.
  2. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
  3. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
  4. Kalori merupakan sumber energi.
  5. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
  6. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
  7. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
  8. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
  9. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
  10. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
  11. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.

4.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
-   Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
-    Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur  tersebut.
-   Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo-  batan.
-     Bekerjasama dengan pemberi informasi.
Tindakan :
  1. Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
  2. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
  3. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.
  4. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
  5. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
  6. Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
  7. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
  8. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
Rasional:
  1. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
  2. Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
  3. Membantu klien dalam memahami proses penyakit.
  4. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.
  5. Mengetahui sampai sejauhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
  6. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
  7. Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
  8. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.

5.      Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
Tujuan :
-    Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
-    Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
-   Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga  mulut.
Tindakan :
  1. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan secara periodik.
  2. Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah.
  3. Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral hygine.
  4. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
  5. Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.
Kolaboratif
  1. Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi
  2. Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine,  antimikrobial mouthwash
preparation.
  1. Kultur lesi oral.
Rasional:
  1. Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan.
  2. Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minuman.
  3. Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.
  4. Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.
  5. Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
  6.  Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
  7. Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
  8. Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.

6.      Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal, urine output normal.
Tindakan :
  1. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak  normal seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
  2. Timbang berat badan jika diperlukan.
  3. Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
  4. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.
  5. Anjurkan intake cairan samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
  6. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
  7. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
Kolaboratif
  1. Berikan cairan IV bila diperlukan.
  2. Berikan therapy antiemetik.
  3. Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
Rasional:
  1. Pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
  2. Dengan memonitor berat badan dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
  3. Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
  4. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
  5. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
  6. Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
  7. Mencegah terjadinya perdarahan.
  8. Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
  9. Mencegah/menghilangkan mual muntah.
  10. Mengetahui perubahan yang terjadi.

7.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan :
-     Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
-     Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
Tindakan :
  1. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
  2. Jaga personal hygine klien dengan baik.
  3. Monitor temperatur.
  4. Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi.
  5. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur.
Kolaboratif
  1. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.
  2. Berikan antibiotik bila diindikasikan.
Rasional:
  1. Mencegah terjadinya infeksi silang.
  2. Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup.
  3. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
  4. Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi.
  5. Mencegah terjadinya infeksi.
  6. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
  7. Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.

8.      Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan :
-   Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap  seksualitas
-    Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan
Tindakan :
  1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan penyakitnya.
  2. Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya.
  3. Berikan privacy kepada klien dan pasangannya.  Ketuk pintu sebelum masuk.
Rasional:
a.       Meningkatkan ekspresi seksual dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
b.       Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual  yang dihadapinya.
c.       Memberikan kesempatan bagi klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar.

9.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
-     Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
-     Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
Tindakan :
  1. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
  2. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
  3. Ubah posisi klien secara teratur.
  4. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
Rasional:
a.       Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulit.
b.       Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c.       Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.




DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M & Esther Matassarin-Jacobs.  1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care, Edisi 5, W.B. Saunders Company, Philadelphia

Carpenito, Lynda Juall.  2001.  Buku Saku Diagnosa Keperawatan.  EGC.  Jakarta.

Doenges, Marilyn E, et all.  1993.  Nursing Care Plans : Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company, Philadelphia.

Gale, Danielle & Charette, Jane.  2000.  Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.  EGC.  Jakarta.

Long, Barbara C.  1996.   Perawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Edisi 1, Yayasan IAPK Pajajaran, Bandung.

Minggu, 09 November 2014

GASTRITIS



LANDASAN TEORI
I.             DEFINISI
              Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa. ( Soeparman Waspaji Sarwono, IPD edisi 3, 2001 )
gastritis dibagi menjadi 2 macam :
1.      Gastritis akut
Merupkan lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresik atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung. ( Mansjoer Arief  M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001 )
2.      Gastritis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi .
( Mansjoer Arief  M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001 )

II.          ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :
1.      Gastritis Akut, penyebabnya yaitu :
-          Alkohol
-          Obat-obatan : aspirin, digitalis, yodium, sulfas feros kortison, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
-          Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti : trauma, luka bakar, sepsis
-          Jenis bahan makanan : (zat yang terkandung dalam kopi) bahan rempah-rempah seperti : merica, cuka, asam)
-          Stress
2.      Gastritis Kronik
Penyebabnya belum pasti mungkin berhubungan dengan faktor ras, heriditas psikis dan makanan.
  
III.       PATOFISIOLOGI
Mukosa lambung dengan bantuan prostaglandin melindungi muskular seluruh dari Arodigestive bila pertahanan gagal terjadi Gastritis
Setelah pertahanan syaraf kolioergik, HCl berdifusi kedalam mukosa dan menyebabkan luka pada pembuluh darah kecil dan menyebabkan oedem. Perdarahan dan erosi pada dinding gastrik karena perkembangan penyakit, dinding gasrtrik menjadi tipis dan atrofi
Pada Gastritis kronis superfioli mukosa hiperemik oedem dan rapuh mungkin terlihat bercak-bercak perdarahan kecil –kecil dan ulserasi
Pada Gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster mukosa tipis dan warna berubah menjadi abu-abu kehijauan, pembuluh-pembuluh darah tampak jelas di daerah yang tipis sering ada perdarahan
Pada Gastritis kronik hipertropikans mukosa suram agak membengkak, longgar dan seperti spons, biasanya dengan modulus yang granuler yang bila besar menyerupai polip sering terdapat erosi dan uker kecil-kecil
Sebagai pengganti untuk membedakan dengan ulkus peptikum adakah rasa sakit tidak hilang setelah makan-makanan yang tidak merangsang (Pain Food Fair), sedangkan pada ulkus peptikum (Pain-food-Rulef)

v  Pohon Masalah
 















v  Gejala Klinis
1.      Gatritis akut
-          Nyeri epigastrum
-          Nausea, muntah-muntah, anorexia
-          Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan
2.      Gastritis kronik
-          Tampak pucat, Hb tidak normal
-          Perut terasa panas
-          Anorexia, epigstrum terasa tegang
-          BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah dapat diketahui dengan biopsi

IV.       KOMPLIKASI
1.      Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA perlu dibedakan dengan tukan peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama, namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri pulori sebesar 100% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi
2.      Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12

V.          PENATALAKSANAAN
1.      Diet lunak diberikan sedikit-sedikit tetapi lebih sering
Hindari makanan / bahn-bahan yang merangsang seperti alkohol dan bumbu dapur.
2.      Berikan antasida, kecuai Gastritis Hipertrofi dan atrofi gaster. Kini Gastritis Hipertrofi dan atrofi gaster dihubungkan dengan proses autoimun dan adanya anemia, pernisiosa, karena itu pada kasus ini diberikan kortikosteroid dan vit B12. untuk Gastritis atrofi dapat diberikan asam seperti asam glutamat, HCl, Glulaptin, enzim-enzim lambung.
3.      
           4.   Berikan obat anti koinergik bila sekresi asam berlebihan

 
Bila rasa nyeri tidak hilang dengan antasida berikan oksitosis tablet 15 menit sebelum makan



ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN

a)      Anamnese
1.      Biodata /identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa, pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa medis
2.      Keluhan Utama
-          Adanya rasa perih, nyeri epigastrum
-          Adanya perdarahan / muntah darah
-          Nyeri setelah / sebelum makan
3.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri perut, pusing, mula, muntah, nafsu makan menurun, kembung.
b.      Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang atau pernah menderita penyakit keturunan atau yang lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c.       Kebiasaan yang dialami
-          Peminum alkohol
-          Suka minum kopi, teh panas
-          Perokok
-          Kebiasaan makan sedikit, terlambat makan pedas, mengandung gas/asam
-          Kebiasaan bekerja keras : penyebab makan tak teratur
-          Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter : aspirin, analgesik, steroid (kolmetaxon) dll
-          Menjalankan diet ketat.
d.      Pola-pola Fungsi Kesehatan
1.      Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan  yang kurang menjaga kebersihan serta pemakaian obat yang mengiritasi lambung, intake makanan yang kurang menjaga kebersihan, tidak dimasak dahulu dan sering makan yang terkontaminasi dengan bakteri.
2.      Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya klien makan tidak teratur
3.      Pola aktivitas
Pada klien gastritis akan mengalami gangguan karena selalu terdapat rasa nyeri pada daerah lambung.
4.      Pola eliminasi
Pada umumnya pada klien gastritis tidak ada gangguan atau masalah pada pola eliminasi baik eliminasi alvi atau uri
5.      Pola istirahat dan tidur
Rasa mual, nyeri, yang sering menyerang epigastrium akan mengurangi waktu dan menjadi gangguan tidur klien
6.      Pola sensori dan kognitif
Pada klien gastritis biasanya tidak ada gangguan pada panca indera
7.      Pola persepsi diri
Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri, mual, muntah
8.      Pola hubungan dan peran
Klien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan hanya perannya yang terganggu karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri yang sering dirasakan
9.      Pola reproduksi dan seksual
Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan baik organ maupun kebiasaan sexualitas
10.  Pola penanggulangan stres
Cara klien menanggulangi stress biasanya menggunakan mekanisme koping yang baik jika dimotivasi oleh keluarga atau perawat
11.  Pola tata nilai dan kepercayaan
Kebiasaan agama yang dianut, kebiasaan beribadah baik di rumah ataupun di rumah sakit
v  Inspeksi
-          Pucat, lemah, adanya perdarahan, mual, muntah
-          Berat badan menurun
-          Keluar keringat dingin
v  Palpasi
-          Nyeri tekan kuadran kiri atas
-          Nyeri epigastrium
-          Turgor menurun
v  Auskultasi
-          Terdapat peningkatan fisik usus/gaster
v  Perkusi
-          Suara resonan gila pasien kembung
v  Tensi menurun, nadi cepat/kecil, suhu meningkat dan RR menurun. Wajah pucat, mata cowong, turgor kulit menurun, tektur kulit.
v  Kulit kasar

b)      Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum
Keadaan umum lemah, nyeri epigastrium, RR meningkat, suhu meningkat, nadi meningkat.
2.      Kepala dan leher
Wajah pucat, mata cekung, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan wajah menyeringai kesakitan.
3.      Sistem integumen
Turgor kulit menurun, tekstur kulit kasar dan kadang sianosis.
4.      Sistem respirasi
Tidak ada kelainan pada sistem respirasi.
5.      Sistem kardi vaskuler
terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan adanya suara jantung yang irreguler.
6.      Sistem gastrointestinal
Terjadi mual, muntah, dan peningkatan fisik usus/gaster.
7.      Sistem genito urinaria
Tidak terdapat disuria, retensi urine dan inkontinensia
8.      Sistem muskuloskeletal
Adanya kelemahan otot karena kurangnya cairan dan nyeri pada persendian.
9.      Sistem endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya gastritis dari sistem endokrin.
10.  Sistem persyarafan
Motorik dan sensorik tidak ada gangguan pada umumnya.

c)      Pemerisaan Penunjang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan DL, BJ Plasma, kultur
Analisa lambung sekresi : hambatan HCL / peningkatan HCL
Endoskopi : terdapat luka pada mukosa gaster
Sinar-sinar barium : terdapat luka pada gaster / intestinal.

Ø  ANALISA DATA
1.      Ds  : klien mengatakan nyeri perut bagian kiri atas bila ditekan dan nyeri
  Epigastrium.
Do : - klien tampak lemah, pucat
         - keluar keringat dingin
         - tampak menyeringai menahan rasa nyeri pada daerah perut
Masalah :
gangguan rasa nyaman (nyeri) pada perut.
Kemungkinan penyebab :
Peradangan mukosa lambung akibat peningkatan / penurunan HCL.
2.   Ds  : klien mengatakan tidak selera untuk makan
Do : - pasien mual, muntah apabila makan
         - mata cowong
-  turgor kulit menurun
-  BB menurun
3.   Ds  : pasien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
Do : pasien tampak gelisa, ketakutan dan cemas
Masalah : kurang pengetahuan tentang penyakit
Kemungkinan penyebab : kurang informasi

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung akibat peningkatan  atau penurunan HCL ditandai dengan pucat, lemah, keluar keringat dingin, dan menyeringai kesakitan menahan nyeri.
2.      Gangguan keseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan  asupan yang kurang ditandai dengan mual, muntah, mata cowong, turgor kulit menurun dan lemas.
3.      Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima. Ditandai dengan pasien tampak gelisa ketakutan dan cemas.
4.      Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada daerah epigastrium ditandai dengan mata pasien tampak kemerahan, lemah, lesu, pucat dan pasien tampak menyeringai kesakitan.
5.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit ditandai dengan pasien tampak gelisah, ketakutan dan sering bertanya pada perawat tentang penyakitnya

3.      RENCANA TINDAKAN
Ø  Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung akibat peningkatan/penurunan HCl
Tujuan :
-          Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-          Pasien tampak tenang
-          Nyeri perut hilang
-          Expresi wajah rilex, ceria
Rencana Tindakan dan Rasional :
1.      Lakukan pendekatan therapeutik pada klien
R/ Agar lebih mudah melakukan tindakan keperawatan
2.      Berikan penjelasan sebab-sebab dan akibat terjadinya nyeri
R/ Agar pasien mengerti dan dapat menghindari penyebab
3.      Beri kompres air hangat pada daerah perut yang nyeri
R/ Terjadi relaksasi dan mengurangi ketegangan otot-otot
4.      Beri motivasi klien untuk makan teratur
R/ Diet teratur bisa menghindari kerusakan mukosa lambung
5.      Berikan teknik relaxasi pada klien
R/ Agar klien merasa lebih nyaman
6.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
R/ Lingkungan yang nyaman menstimulasi pengurangan nyeri
7.      Kaji tingkat nyeri
R/ Deteksi dini untuk tindakan selanjutnya
8.      Observasi TTV pada klien
R/ Untuk mengetahui perkembangan pasien
9.      Kolaborasi  dengan tim medis dalam pemberian antasida
R/ Antasida memberikan keseimbangan asam lambung yang dapat mencegah terjadinya kerusakan mukosa

Ø  Diagnosa 2
Gangguan keseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan mual dan muntah, anarexia
Tujuan :
-          kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 3 hari
Kriteria Hasil :
-          Mual menurun, tidak muntah
-          Turgor baik
-          Kulit lembab, wajah ceria
-          Porsi makan sesuai porsi
-          Klien dapat mempertahankan berat badannya

Rencana Tindakan :
1.      Beri penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan
R/ Pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan perilaku hidup sehat
2.      Berikan makanan yang menarik dan merangsang selera makan
R/ Untuk meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake bagi tubuh
3.      Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/ Makanan dalam porsi besar lebih sulit dikonsumsi pasien saat anorexia
4.      Berikan diit tkrp rendah lemak
R/ Meningkatkan asupan gizi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan
5.      Timbang berat badan tiap 2-3 hari
R/ Megetahui perkembangan tubuh
6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parenteral dan robaransia
R/ Dibutuhkan bila intake PO tidak mencukupi dan efek farmakologis roboransia untuk meningkatkan nafsu makan

4.      IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data

5.      EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.




DAFTAR PUSTAKA


1.      Diana (Bovahnam dan Johann C Hoevolly ) Keperawatan medikal bedah. EGC Jakarta ,1996
2.      Soeparman, Waspadji Sarwono, Buku Ilmu Penyakit Dalam edisi 3, Balai penerbit FKUI Jakarta, 2001 :127
3.      Mansjoer Arief. M, dkk. Kapita Selekta Kedikteran, edisi 3. media ausculapius FKUI 2001 : 492