Pages

Minggu, 09 November 2014

GASTRITIS



LANDASAN TEORI
I.             DEFINISI
              Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa. ( Soeparman Waspaji Sarwono, IPD edisi 3, 2001 )
gastritis dibagi menjadi 2 macam :
1.      Gastritis akut
Merupkan lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresik atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung. ( Mansjoer Arief  M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001 )
2.      Gastritis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi .
( Mansjoer Arief  M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001 )

II.          ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :
1.      Gastritis Akut, penyebabnya yaitu :
-          Alkohol
-          Obat-obatan : aspirin, digitalis, yodium, sulfas feros kortison, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
-          Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti : trauma, luka bakar, sepsis
-          Jenis bahan makanan : (zat yang terkandung dalam kopi) bahan rempah-rempah seperti : merica, cuka, asam)
-          Stress
2.      Gastritis Kronik
Penyebabnya belum pasti mungkin berhubungan dengan faktor ras, heriditas psikis dan makanan.
  
III.       PATOFISIOLOGI
Mukosa lambung dengan bantuan prostaglandin melindungi muskular seluruh dari Arodigestive bila pertahanan gagal terjadi Gastritis
Setelah pertahanan syaraf kolioergik, HCl berdifusi kedalam mukosa dan menyebabkan luka pada pembuluh darah kecil dan menyebabkan oedem. Perdarahan dan erosi pada dinding gastrik karena perkembangan penyakit, dinding gasrtrik menjadi tipis dan atrofi
Pada Gastritis kronis superfioli mukosa hiperemik oedem dan rapuh mungkin terlihat bercak-bercak perdarahan kecil –kecil dan ulserasi
Pada Gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster mukosa tipis dan warna berubah menjadi abu-abu kehijauan, pembuluh-pembuluh darah tampak jelas di daerah yang tipis sering ada perdarahan
Pada Gastritis kronik hipertropikans mukosa suram agak membengkak, longgar dan seperti spons, biasanya dengan modulus yang granuler yang bila besar menyerupai polip sering terdapat erosi dan uker kecil-kecil
Sebagai pengganti untuk membedakan dengan ulkus peptikum adakah rasa sakit tidak hilang setelah makan-makanan yang tidak merangsang (Pain Food Fair), sedangkan pada ulkus peptikum (Pain-food-Rulef)

v  Pohon Masalah
 















v  Gejala Klinis
1.      Gatritis akut
-          Nyeri epigastrum
-          Nausea, muntah-muntah, anorexia
-          Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan
2.      Gastritis kronik
-          Tampak pucat, Hb tidak normal
-          Perut terasa panas
-          Anorexia, epigstrum terasa tegang
-          BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah dapat diketahui dengan biopsi

IV.       KOMPLIKASI
1.      Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA perlu dibedakan dengan tukan peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama, namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri pulori sebesar 100% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi
2.      Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12

V.          PENATALAKSANAAN
1.      Diet lunak diberikan sedikit-sedikit tetapi lebih sering
Hindari makanan / bahn-bahan yang merangsang seperti alkohol dan bumbu dapur.
2.      Berikan antasida, kecuai Gastritis Hipertrofi dan atrofi gaster. Kini Gastritis Hipertrofi dan atrofi gaster dihubungkan dengan proses autoimun dan adanya anemia, pernisiosa, karena itu pada kasus ini diberikan kortikosteroid dan vit B12. untuk Gastritis atrofi dapat diberikan asam seperti asam glutamat, HCl, Glulaptin, enzim-enzim lambung.
3.      
           4.   Berikan obat anti koinergik bila sekresi asam berlebihan

 
Bila rasa nyeri tidak hilang dengan antasida berikan oksitosis tablet 15 menit sebelum makan



ASUHAN KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN

a)      Anamnese
1.      Biodata /identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa, pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa medis
2.      Keluhan Utama
-          Adanya rasa perih, nyeri epigastrum
-          Adanya perdarahan / muntah darah
-          Nyeri setelah / sebelum makan
3.      Riwayat Kesehatan
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri perut, pusing, mula, muntah, nafsu makan menurun, kembung.
b.      Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang atau pernah menderita penyakit keturunan atau yang lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
c.       Kebiasaan yang dialami
-          Peminum alkohol
-          Suka minum kopi, teh panas
-          Perokok
-          Kebiasaan makan sedikit, terlambat makan pedas, mengandung gas/asam
-          Kebiasaan bekerja keras : penyebab makan tak teratur
-          Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter : aspirin, analgesik, steroid (kolmetaxon) dll
-          Menjalankan diet ketat.
d.      Pola-pola Fungsi Kesehatan
1.      Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan  yang kurang menjaga kebersihan serta pemakaian obat yang mengiritasi lambung, intake makanan yang kurang menjaga kebersihan, tidak dimasak dahulu dan sering makan yang terkontaminasi dengan bakteri.
2.      Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya klien makan tidak teratur
3.      Pola aktivitas
Pada klien gastritis akan mengalami gangguan karena selalu terdapat rasa nyeri pada daerah lambung.
4.      Pola eliminasi
Pada umumnya pada klien gastritis tidak ada gangguan atau masalah pada pola eliminasi baik eliminasi alvi atau uri
5.      Pola istirahat dan tidur
Rasa mual, nyeri, yang sering menyerang epigastrium akan mengurangi waktu dan menjadi gangguan tidur klien
6.      Pola sensori dan kognitif
Pada klien gastritis biasanya tidak ada gangguan pada panca indera
7.      Pola persepsi diri
Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri, mual, muntah
8.      Pola hubungan dan peran
Klien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan hanya perannya yang terganggu karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri yang sering dirasakan
9.      Pola reproduksi dan seksual
Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan baik organ maupun kebiasaan sexualitas
10.  Pola penanggulangan stres
Cara klien menanggulangi stress biasanya menggunakan mekanisme koping yang baik jika dimotivasi oleh keluarga atau perawat
11.  Pola tata nilai dan kepercayaan
Kebiasaan agama yang dianut, kebiasaan beribadah baik di rumah ataupun di rumah sakit
v  Inspeksi
-          Pucat, lemah, adanya perdarahan, mual, muntah
-          Berat badan menurun
-          Keluar keringat dingin
v  Palpasi
-          Nyeri tekan kuadran kiri atas
-          Nyeri epigastrium
-          Turgor menurun
v  Auskultasi
-          Terdapat peningkatan fisik usus/gaster
v  Perkusi
-          Suara resonan gila pasien kembung
v  Tensi menurun, nadi cepat/kecil, suhu meningkat dan RR menurun. Wajah pucat, mata cowong, turgor kulit menurun, tektur kulit.
v  Kulit kasar

b)      Pemeriksaan Fisik
1.      Keadaan umum
Keadaan umum lemah, nyeri epigastrium, RR meningkat, suhu meningkat, nadi meningkat.
2.      Kepala dan leher
Wajah pucat, mata cekung, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan wajah menyeringai kesakitan.
3.      Sistem integumen
Turgor kulit menurun, tekstur kulit kasar dan kadang sianosis.
4.      Sistem respirasi
Tidak ada kelainan pada sistem respirasi.
5.      Sistem kardi vaskuler
terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan adanya suara jantung yang irreguler.
6.      Sistem gastrointestinal
Terjadi mual, muntah, dan peningkatan fisik usus/gaster.
7.      Sistem genito urinaria
Tidak terdapat disuria, retensi urine dan inkontinensia
8.      Sistem muskuloskeletal
Adanya kelemahan otot karena kurangnya cairan dan nyeri pada persendian.
9.      Sistem endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya gastritis dari sistem endokrin.
10.  Sistem persyarafan
Motorik dan sensorik tidak ada gangguan pada umumnya.

c)      Pemerisaan Penunjang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan DL, BJ Plasma, kultur
Analisa lambung sekresi : hambatan HCL / peningkatan HCL
Endoskopi : terdapat luka pada mukosa gaster
Sinar-sinar barium : terdapat luka pada gaster / intestinal.

Ø  ANALISA DATA
1.      Ds  : klien mengatakan nyeri perut bagian kiri atas bila ditekan dan nyeri
  Epigastrium.
Do : - klien tampak lemah, pucat
         - keluar keringat dingin
         - tampak menyeringai menahan rasa nyeri pada daerah perut
Masalah :
gangguan rasa nyaman (nyeri) pada perut.
Kemungkinan penyebab :
Peradangan mukosa lambung akibat peningkatan / penurunan HCL.
2.   Ds  : klien mengatakan tidak selera untuk makan
Do : - pasien mual, muntah apabila makan
         - mata cowong
-  turgor kulit menurun
-  BB menurun
3.   Ds  : pasien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
Do : pasien tampak gelisa, ketakutan dan cemas
Masalah : kurang pengetahuan tentang penyakit
Kemungkinan penyebab : kurang informasi

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung akibat peningkatan  atau penurunan HCL ditandai dengan pucat, lemah, keluar keringat dingin, dan menyeringai kesakitan menahan nyeri.
2.      Gangguan keseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan  asupan yang kurang ditandai dengan mual, muntah, mata cowong, turgor kulit menurun dan lemas.
3.      Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima. Ditandai dengan pasien tampak gelisa ketakutan dan cemas.
4.      Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada daerah epigastrium ditandai dengan mata pasien tampak kemerahan, lemah, lesu, pucat dan pasien tampak menyeringai kesakitan.
5.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit ditandai dengan pasien tampak gelisah, ketakutan dan sering bertanya pada perawat tentang penyakitnya

3.      RENCANA TINDAKAN
Ø  Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung akibat peningkatan/penurunan HCl
Tujuan :
-          Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-          Pasien tampak tenang
-          Nyeri perut hilang
-          Expresi wajah rilex, ceria
Rencana Tindakan dan Rasional :
1.      Lakukan pendekatan therapeutik pada klien
R/ Agar lebih mudah melakukan tindakan keperawatan
2.      Berikan penjelasan sebab-sebab dan akibat terjadinya nyeri
R/ Agar pasien mengerti dan dapat menghindari penyebab
3.      Beri kompres air hangat pada daerah perut yang nyeri
R/ Terjadi relaksasi dan mengurangi ketegangan otot-otot
4.      Beri motivasi klien untuk makan teratur
R/ Diet teratur bisa menghindari kerusakan mukosa lambung
5.      Berikan teknik relaxasi pada klien
R/ Agar klien merasa lebih nyaman
6.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
R/ Lingkungan yang nyaman menstimulasi pengurangan nyeri
7.      Kaji tingkat nyeri
R/ Deteksi dini untuk tindakan selanjutnya
8.      Observasi TTV pada klien
R/ Untuk mengetahui perkembangan pasien
9.      Kolaborasi  dengan tim medis dalam pemberian antasida
R/ Antasida memberikan keseimbangan asam lambung yang dapat mencegah terjadinya kerusakan mukosa

Ø  Diagnosa 2
Gangguan keseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan mual dan muntah, anarexia
Tujuan :
-          kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 3 hari
Kriteria Hasil :
-          Mual menurun, tidak muntah
-          Turgor baik
-          Kulit lembab, wajah ceria
-          Porsi makan sesuai porsi
-          Klien dapat mempertahankan berat badannya

Rencana Tindakan :
1.      Beri penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan
R/ Pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan perilaku hidup sehat
2.      Berikan makanan yang menarik dan merangsang selera makan
R/ Untuk meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake bagi tubuh
3.      Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/ Makanan dalam porsi besar lebih sulit dikonsumsi pasien saat anorexia
4.      Berikan diit tkrp rendah lemak
R/ Meningkatkan asupan gizi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan
5.      Timbang berat badan tiap 2-3 hari
R/ Megetahui perkembangan tubuh
6.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parenteral dan robaransia
R/ Dibutuhkan bila intake PO tidak mencukupi dan efek farmakologis roboransia untuk meningkatkan nafsu makan

4.      IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan meliputi beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data

5.      EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.




DAFTAR PUSTAKA


1.      Diana (Bovahnam dan Johann C Hoevolly ) Keperawatan medikal bedah. EGC Jakarta ,1996
2.      Soeparman, Waspadji Sarwono, Buku Ilmu Penyakit Dalam edisi 3, Balai penerbit FKUI Jakarta, 2001 :127
3.      Mansjoer Arief. M, dkk. Kapita Selekta Kedikteran, edisi 3. media ausculapius FKUI 2001 : 492





KEJANG DEMAM


ASKEP KEJANG DEMAM

1.      Konsep Dasar Medis
1.1  Pengertian
(1)      Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (lebih dari 38 oC) yang disebabkan oleh proses ekstra kranial (Ngastiyah, 1997 : 229).
(2)      Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat yang disebabkan oleh proses ekstra kranial (Saharso D, 1997 : 148).
1.2  Faktor Pencetus
Kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunansaraf pusat misalnya tonsilitis, bronkitis ( Ngastiyah,1997; 231).
1.3  Patofisiologi
       Pada keadaan demam kenaikan suhu 10c akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan o2 akan meningkat 20%. Kenakan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion k+ maupun Na+, melalui membran tersebut sehingga terjadi lepas muatan listrik, hal ini bisa meluas ke seluruh sel maupun ke bembran sel sekitarnya dengan bantuan neuron transmiter dan terjadilah kejang. Kejang yang berlangsung lama disertai dengan apnea, meningkatkan kebutuhan o2 dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea dll,selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat hingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama(Ngastiyah,1997;229)

Gangguan elektron (Na+, K+, Cl+) bangkitan aliran listrik            jaringan tubuh
Susunan saraf pusat terganggu
Hambatan pada pusat pernafasan
Spasme bronkus
Produksi ATP
Hipoksia
Asam laktat
Kebutuhan glukosa
Pencernaan
- Mual, muntah, dipsni.
Pernafasan
-          Dyspneu
-          Sekresi
Susunan saraf
- Distosia, disfagia, epilepsi kronik, gangguan kesadaran, peningkatan TIK, kerusakan otak.



Nutrisi kurang dari kebutuhan
 
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Pola nafas tidak efektif
 
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
 
Bersihan jalan nafas tidak efektif
 
Resiko injuri
 





1.4  Klasifikasi
(1)      Kejang demam sederhana.
-          Umur 6 bulan sampai 4 tahun.
-          Lama kejang tidak lebih 15 menit.
-          Kejang bersifat umum.
-          Kejang terjadi 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
-          EEG normal 1 minggu setelah kejang.
-          Frekwensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 1 kali.       
(2)      Epilepsi yang diprofokasi oleh demam.
Semua kejang demam yang bukan kriteria diatas.
1.5  Diagnosa Banding
(1)      Meningitis.
(2)      Enchepalitis.
(3)      Abses otak.
1.6  Prognosa
Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor :
(1)      Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.
(2)      Kelainan dalam perkembangan atau kelainan syaraf sebelum anak menderita kejang demam.
(3)      Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor diatas maka dikemudian hari akan mengalami serangan kejang demam sekitar 13% dibanding bila hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali, faktor diatas serangan kejang tanpa demam hanya 2-3 %.
1.7  Penatalaksanaan Medis
(1)      Memberantas kejang secepat mungkin.
Obat pilihan utama adalah Diazepam IV yaitu untuk menekan kejang        80-90 % dosis sesuai dengan BB kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/BB, diatas 20 kg 0,5 mg/kg BB. Setelah suntikan pertama secara iv di tunggu 15 menit bila masih terdapat kejang diulangi suntikan ke dua dengan dosis yang sama secara iv jika masih kejang maka di berikan lagi tapi secara im.
(2)      Pengobatan penunjang.
-          Semua pakaian dibuka.
-          Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi.
-          Usahakan jalan nafas bebas.
-          Penghisapan lendir teratur.
-          Fungsi TTV di observasi ketat, jika adanya tekanan intra kranial yang meningkat tidak boleh di berikan cairan dengan Na yang terlalu tinggi.
(3)      Pengobatan rumat.
-          Pengobatan profilaksis intermiten.
-          Pengobatan intermiten jangka panjang.
(4)      Mencari dan mengobati penyebab.
Secara akademis klien dengan kejang demam pertama kali sebaiknya dilakukan pungsi lumbal, pada klien yang diketahui kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti pungsi lumbal, gula darah dll dan bila perlu rontgen foto thorak, EEG, enchephalografi.
1.8  Penatalaksanaan Keperawatan
Prinsip penatalaksanaan bila anak kejang
(1)      Segera hentikan kejang
(2)      Mencari penyebab
(3)      Cegah kejang berulang
Tindakan keperawatan:
(1)   Baringkan klien di tempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasang sudip lidah yang telah dibungkus kasa.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar klien, lepaskan pakaian yang    mengganggu pernafasan, misalnya : ikat pinggang, gurita.
1.9    Komplikasi
(1)      Lidah terluka/tergigit.
(2)      Apnea.
(3)      Depresi pusat pernafasan.
(4)      Retardasi mental.
(5)      Pneumonia aspirasi.
(6)      Status epileptikus.
2.      Konsep Dasar Askep
2.1  Pengkajian
(1)      Biodata
Umur biasanya 6 bulan sampai 4 tahun, jenis klelamin laki-laki perempuan  2 : 1, insiden tertinggi pada anak umur 2 ta hun.
(2)      Keluhan Utama
Kejang karena panas.

(3)      Riwayat Penyakit Sekarang
Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam waktu 16 jam setelah demam.
(4)      Riwayat Penyaklit Dahulu
Perlu pengkajian untuk mengetahui adanya faktor penting terjadinya kejang demam antara lain : trauma reaksi terhadap imunisasi dll.
(5)      Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang menderita kejang demam.
(6)      Activity Dayli Life
-          Nutrisi
Klien akan mengeluh sensitif dengan makanan yang merangsang aktivitas kejang, kerusakan gigi, adanya hiperplasi ginggiva sebagai akibat efek samping Dilantin.
-          Istirahat dan aktivitas
Klien cepat lelah, letih dan perubahan tonus otot. 
(7)      Pemeriksaan fisik
-          TTV
Penurunan kesadaran, peningkatan suhu tubuh, nadi, tensi dan respirasi.
-          Kepala
§  Mata : dilatasi pupil, kedipan kelopak mata, kepala dan mata menyimpang  ke satu sisi.
§  Wajah : sentakan wajah.
§  Mulut : produksi saliva berlebihan, bibir mengecap-ngecap.
-          Thorak
Penurunan gerakan pernafasan, apnea, tachipnea, kesulitan bernafas, jalan nafas tersumbat.
-          Ekstremitas
Gerakan sentakan, tepukan, menggaruk, perubahan tonus otot.
(8)      Pemeriksaan panunjang
-          Glukosa : hipoglikemia.
-          Ureum/kreatinin : meningkat.
-          Erytrosit : anemia aplastik.
-          Rontgen kepala.
-          Lumbal pungsi.: untuk menentukan penyebab kejang ,apakah karena infeksi intra kranial/ bukan.
-          EEG.
-          MRI.
-          CT Scan.
2.2  Diagnosa Keperawatan (Susan Martin Tucker, 1998 : 483)
(1)     Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya pirogen yang mengacaukan termostat, dehidrasi.
(2)     Resiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler obstruksi trancheobronchial.
(3)     Kurangnya pengetahuan keluarga berhubugan dengan misinterpretasi dan keterbatasan pengetahuan.
(4)      Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kelemahan, perubahan kesadaran.
(5)      Resiko injuri berhubungan dengan perkembangan kognitif.
2.3  Perencanaan
(1)      Diagnosa I
-          Tujuan : suhu tubuh normal.
-          Kriteria hasil : suhu 365 – 375 oC.
-          Rencana tindakan :
§  Observasi TTV tiap 4 jam.
R /     Perubahan TTV khususnya peningkatan suhu tubuh mengidentifikasikan beratnya kejang.
§  Kompres dingin dan ajarkan keluarga cara mengompres.
R /     Pada kompres dingin terjadi perpindahan panas secara konduksi.
§  Berikan pakaian tipis yang menyerap keringat.
R /     Pakaian yang tipis membantu mempercepat pengeluaran panas.
§  Anjurkan  klien untuk banyak minum.
R /     Minum yang banyak mencegah terjadinya dehidrasi sehingga peningkatan suhu tubuh dapat dicegah.
§  Kolaborasi pemberian antibiotik dan antipiretik.
R /     Antipiretik berfungsi untuk penurunan panas sedangkan antibiotik untuk mencegah infeksi.
  
(2)      Diagnosa II
-          Tujuan : mempertahankan aktivitas pola nafas dengan jalan nafas yang bersih.
-          Kriteria hasil : respirasi normal 15 – 20 kali/menit, tidak ada retraksi otot.
-          Rencana tindakan :
§  Letakkan klien dalam posisi yang nyaman (miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang).
R /     Meningkatkan aliran skret, mencegah lidah jatuh dan tersumbatnya kjalan nafas.
§  Longgarkan pakaian terutama pada leher, dada dan perut.
R /     Sebagai fasilitas sebagai usaha unuk bernafas.
§  Suction bila perlu.
R /      Menurunkan resiko aspirasi dan asfiksia.
§  Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
R /     Menurunkan hipoksia cerebral akibat dari sirkulasi yang menurunkan/oksigen skunder terhadap spasme selama serangan kejang.
(3)      Diagnosa III
-          Tujuan : Secara verbal klien dapat mengungkapkan stimulasi yang dapat meningkatkan kejang.
-          Kriteria hasil : Klien dapat minum obat secara teratur.
-          Rencana tindakan :
§  Kaji pengobatan yang sudah dijalankan.
R /     Mengevaluasi keberhasilan pegobatan.
§  Diskusikan tentang efek samping obat.
R /     Membantu mengetahui dan mengenal efek samping yang terjadi sehingga dapat menentukan  program pengobatan lanjut.
§  Ajarkan pada ibu untuk pemberian obat anti kejang/ anti piretik sesuai program medis.
R /     Meningkatkan pengetahuan dan kemandirian ibu daalam perawatan dan pengobatan.
§  Jelaskan/anjurkan pada keluarga unrtuk mngatasi terjadinya kejang.
R /     Keluarga dapat melakukan tindakan awal dan menghindari kejang berkelanjutan.
§  Segera turunkan panas bila terjadi panas.
R /      Panas merupakan faktor predisposisi terjadinya kejang. 
4) Diagnosa IV
   - Tujuan : Secara verbal keluarga klien dapat mengetahui faktor yang memungkinkan terjadinya trauma
    - Kriteria hasil : Tidak terjadi injuri selama perawatan
Rencana tindakan
·         Jelaskan pada keluarga beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi kejang
R/  Informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan kemandirian
·         Jaga klien dari injuri dengan mem berikan pengaman pada sisi tempat tidur
R/ Mencegah terjadinya injuri
·         Tinggallah bersama klien selama fase kejang
R/ meningkatkan keamanan klien, mencegah terjadinya injuri atau trauma
5) Diagnosa V
-Tujuan : secara verbal keluarga klien dapat mengetahui  faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan kognitif anak.
- Kriteria hasil : tidak terjadi gangguan perkembangan kognitif.
-          Rencana tindakan :
·         Cegah terjadinya kejang berulang
R/ Kejang yang terus menerus dapat merusak sistem syaraf dan kemunduran mental
·         Lanjutkan kolaborasi dengan tim medis
1 Diasepam / iv
2 Fenobarbital / im
R/ Diasepam atau fenobarbital dapat mengurangi status konfulsion.