Pages

Kamis, 06 November 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI


BAB I
PENDAHULUAN

Prostat adalah salah satu kelenjar dari rangkaian system produksi pria.sekret dari prostat bersama secret dari vasikula seminalis dan kelenjar COWPER merupakan komponen yang terbesar, lebih dari 90% dari seluruh cairan semen. Se,en tersebut mengandung beberapa bahan yang amat penting dalam konsentrasi yang tinggi. Bahan-bahan tersebut adalah prostaglandin(200µ/ml,spermine(3µg/ml),fructose(2mg/ml),asam sitrat(4mg/ml),protein (40mg/ml)dan beberapa enzyme seperti immunoglobulin, protease,phospatase dan esterase. Bahan-bahan tersebut sangat penting dalam menunjang fertilisasi yang natural, memeberi lingkungan yang nyamn dan nutrisi bagi spermatozoa.Kemungkinan yang lain juga mempunyai daya proteksi terhadap invasi mokroba pathogen eksternal.Kelenjar prostat mulai terbentuk pada saat janin berusia 13 minggu  yaitu saat “unfifferetiated gonad”berdeferensiasi sempurna menjadi testis dan sel leydig mulai memproduksi testosterone.Testosteron ini oleh enzym 5 a reduktase yang ada di daerah sinus urogenital dirubah menjadi dihidrotestosteron (DHT).
DHT ini bagi sinus urogenital merupakan pupuk dan merangsang tumbuhnya 5 pasang kuncup prostat di dinding posterior sinus urogenital.Kuncup terus tumbuh dan ada minggu ke 16 telah tampak sebagai kelenjar prostat.Struktur lain yang berada didalam dan dekat prostat yaitu duktus ejakulatorius,vesikula seminalis dan vas deferens berasal dari duktus WOLFF dan pertumbuhannya karena rangsangan langsung dari testosteron.pada  tahun 1912 LOWSLEY membagi kelenjar prostat dalam 5 lobus yaitu 2 lobus lateral,satu lobus posterior dan satu lobus medius,serta satu lobus anterior yang telah artropy saat bayi lahir.
Porsi tersebar dari prostat,sekitar 95% adalah terdiri dari zona perifer dan zona sentral.Zona transisi terletak periurethra di sekitar verumontanum dan di zona inilah terjadi hyperplasia.sedangkan kanker prostat sebagian besar bermula dari zona perifer.
Menurut LOWSLEY berdasarkan gros anatomi maka dasar pembagian menurut Mc Neal adalah normo dan patho-histologi.
Kelenjar prostat terdiri dari komponen stroma fibromuskular dan komponen glandular.masing-masing komponen dapat mengalami hyperplasia dan salah satu komponen menjadi lebih dominan.pada pria dewasa kelenjar prostat berbentuk seperti konus terbalik yang terjepit.Apeks prostat melekat pada diafragma urogenital dan basisnya berhubungan dengan leher buli-buli.Disebelah anterior dari prostat terdapat ligamen puboprostatika .Tepat di sebelah posterokranial dari prostat  terdapat vesikula seminalis dan ampula vas deferens,yang saluran-salurannya menembus zona sentral dan bermuara di daerah verumontanum.Lebih ke posterior lagi terdapat fasia Denonvillier yang memisahkan prostat dengan rektum.Disebelah posterolateral dan melekat pada kapsul prostat berjalan bundel neurovaskular yang juga memberi persyaratan untuk penis.
Di tengah prostat berjalan uretra posterior pars prostatika.Pada pria dewasa panjang uretra ini,diukur dari leher buli-buli sampai ke verumontanum kurang lebih 2,5 cm.Berat prostat pada orang dewasa adalah 20 kurang lebih 6 gram.Prostat mendapat darah dari 3 buah arteri yaitu cabang dari arteria vesikalis inferior.Dua arteri yang lain adalah dari cabang arteri pudenda dan arteri hemorrhoidalis medius.
Sedangkan darah dari prostat kembali ke sirkulasi umum melalui pleksus venosus preprostatika kemudian masuk ke vena iliaka interna.Getah bening dari prostat mengalir ke kelenjar getah beni ng regional didaerah pre-sakral dan iliaka interna.Selanjutnya menuju ke kelenjar getah bening iliaka eksterna dan para aorta.Kelenjar prostat dilengkapi dengan sistem syaraf otonom yang terdiri dari sistem simpatis dan sistem parasimpatis.Sistem persyarafan otonom ini merupakan bagian integral dari persyarafan unit vesikourethra yang sangat penting dalam proses miksi.Sistem simpatis berasal dari medula spinalis torak 11-12 dan lumbal 1-2.Sistem parasimpatis berasal atau berpusat dimedula spinalis segmen sakral 2 sampai 4.Sistem ini juga memelihara buli-buli dan uretra melalui serat dan reseptor cholinergik.



BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 LAPORAN PENDAHULUAN
A.    PENGERTIAN
Hipertropi Prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah. (Jong, Wim de, 1998).

Benigna Prostat Hiperplasi ( BPH ) adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika (Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193).

B.   ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Yang jelas adalah kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone androgen.
Deferensiasi jaringan sinus urogenital menjadi kelenjar prostat, perkembangan serta fungsi yang normal dari prostat dipengaruhi oleh androgen.
Penghilang androgen testicular dapat menyebabkan kelenjar prostat mengalami regresi. Kastrasi yang terjadi pada masa kanak-kanak dan prepubertas menyebabkan tidak berkembangnya kelenjar prostat.
Demikian pula dengan pria dengan defisiensi enzyme 5 alpha reduktase tidak akan menderita BPH.
Faktor lain yang sudah jelas diperlukan untuk terjadinya BPH adalah proses penuaan atau ageing.
Fakta yang menyokong hal ini adalah tidak ada penderita BPH yang usianya muda dan makin tua seorang pria makin besar kemungkinannya menderita BPH.
C.   MANIFESTASI KLINIS
Kumpulan gejala yang ditimbulkan oleh BPH disebut sebagai sindroma prostatisme.Karena sindroma prostatisme tidak patognomonik untuk BPH mka istilah sindroma peostatisme belakangan ini sering diganti dengan  Lower Urinary Tract symptoms (LUTS).
Sindroma prostatisme dibagi dua yaitu gejala obstruktif dan gejala iritatif :
v  Gejala Obstruktif.
    Terdiri dari :
1.      Hesitansi
2.      Pancaran urin yang melemah dan mengecil.
3.      Intermittensi
4.      Terminal dribbling
5.      Terasa ada sisa setelah selesai miksi
v  Gejala Iritatif.
    Terdiri dari :
1.      Urgensi
2.      Frekwensi
3.      Disuria
Bila gejala iritasi lebih menonjol harus di pikirkan penyebab lain selain BPH.pada setiap penderita BPH selalu ada kemungkinan terjadi retensi urin akut (dekompensata).
D.   ANATOMI FISIOLOGI
Kelenjar prostate adalah suatu kelenjar fibro muscular yang melingkar Bledder neck dan bagian proksimal uretra. Berat kelenjar prostat pada orang dewasa kira-kira 20 gram dengan ukuran rata-rata:- Panjang 3.4 cm- Lebar 4.4 cm- Tebal 2.6 cm. Secara embriologis terdiro dari 5 lobur:- Lobus medius 1 buah- Lobus anterior 1 buah- Lobus posterior 1 buah- Lobus lateral 2 buahSelama perkembangannya lobus medius, lobus anterior dan lobus posterior akan menjadi saru disebut lobus medius. Pada penampang lobus medius kadang-kadang tidak tampak karena terlalu kecil dan lobus ini tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat. Pada potongan melintang uretra pada posterior kelenjar prostat terdiri dari:
- Kapsul anatomis
- Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
- Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian:
·         Bagian luar disebut kelenjar sebenarnya
·         Bagian tengah disebut kelenjar sub mukosal, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatus zone
·         Di sekitar uretra disebut periuretral gland
Saluran keluar dari ketiga kelenjar tersebut bersama dengan saluran dari vesika seminalis bersatu membentuk duktus ejakulatoris komunis yang bermuara ke dalam uretra. Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur, sedangkan pada oran dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba.Sedangkan pada penampang tonjolan pada proses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik. Pertambahan unsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensi lunak dan berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesak berwarna putih ke abu-abuan dan padat. Apabila tonjolan itu ditekan keluar cairan seperti susu. Apabila jaringan fibromuskuler yang bertambah tonjolan berwarna abu-abu, padat dan tidak mengeluarkan cairan sehingga batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretra dari lateral sehingga lumen uretra menyerupai celah. Terkadang juga penonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi fibrosis jaringan kelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi dari vesika yang dapat mengakibatkan peradangan.

E.   PATOFISIOLOGI
Umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma progresif menekan atau mendesak jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam menuju lumennya, yang membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat-serat muskulus destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam kandung kemih.Pada beberapa kasus jika obsruksi keluar terlalu hebat, terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid, berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif.
Karena terdapat sisi urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema hebat. Edema ini berespon cepat dengan drainage kateter. Diuresis paska operasi dapat terjadi pada pasien dengan edema hebat dan hidronefrosis setelah dihilangkan obstruksinya. Pada awalnya air, elekrolit, urin dan beban solutlainya meningkatkan diuresis ini, akhirnya kehilangan cairan yang progresif bisa merusakkan kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan serta menahan air dan natrium akibat kehilangan cairan dan elekrolit yang berlebihan bisa menyebabkan hipovelemia.Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan.
Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

 F.    WOC
 


II.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASI )


A.                PENGKAJIAN
Sebelum menegakkan diagnose dilakukan pengkajian untuk mengetahui keadaan umum pasien, diantaranya melalui :
a.       Anamneses
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) antara lain : hesitansi, pancaran urine lemah, inr=termites, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi dan gejala iritatif dapat berupa urgensi, rekuensi serta disuria.
b.      Pemeriksaan Fisik
·         Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi, dan suhu. Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urine akut, dehidrasi, sampai syok pada retensi urine serta urosepsis sampai syok-septik.
·         Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan tehnik bimanual untuk mengetahui adanya hidronrefosis dan pyelonefrosis. Pada daerah supra simfiser pada keadaan retensi akan menonjol. Saat palpasi terasa adanya ballotemen dank lien akan terasa ingin miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual urine.
·         Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, stricture uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis.
·         Pemerikasaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis.
·         Rectal touch/ pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi system persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. Dengan rectal toucher dapat diketahui derajat dari BPH, yaitu :
1.      Derajat I = beratnya ± 20 gram
2.      Derajat II = beratnya antara 20 – 40 gram
3.      Derajat III = beratnya > 40 gram.
      
c.       Pemeriksaan laboratorium
·         Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula di gunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien
·         Pemeriksaan urine lengkap dan kultur.
·         PSA (prostat Spesifik Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaannya keganasan.

d.      Pemeriksaan uroflowmetri
salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urine. Secra obyektif pancaran urine dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian:
1.      Flow rate maksimal > 15 ml/dtk = border line
2.      Flow rate maksimal 10 – 15 ml/dtk = border line
3.      Flow rate maksimal < 10 ml/dtk = obstruktif
e.       Pemeriksaan imaging dan rontgenologik
1.      BOF (Buik overzich) : untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang
2.      USG (ultrasonografi) : digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli-buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara trans rectal, trans uretral dan supra pubik.
3.      IVP(Pyelografi Intravena) : digunakan untuk melihaty fungsi ekskresi ginjal dan adanya hidronefrosis.
4.      Pemeriksaan Panendoskop : untuk mengetahui keadaan uretra dan buli-buli.


B.                 DIAGNOSA KEPERAWATAN POST OPERASI
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi eretra ditandai dengan :
·         DS : melaporkan berkemih tidak lancar serta urine menetes dan sering
·         DO : inkontinensi, berkemih mendadak, nokturia dan retensi urine
C.                INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan
Tujuan : fasilitasi eliminasi urine
1.      Jaga privasi dan waktu pasien untuk mengosongkan kandung kemih
2.      Bantu kateter pasien dengan menggunakan guidwire atau melalui cystotomy suprapubik sesuai indikasi.
a.       Monitor asupan dan keluaran
b.      Atur kepatenan kateter
3.      Pendidikan pasien
·         Jelasakan kepada pasien mengenai tidak adanya pengobatan gejal akomplikasi BPH, retensi urine, cystitis, dan peningkatan gejala iritasi saat berkemih . anjurkan agar pasien melaporkan masalah ini.
·         Ajarkan pasien melakukan latihan kegel (kegle exercise) sesudah pembedahan untuk membantu mengontrol saat berkemih:
a.       Kontraksi otot perineal jika berhenti berkemih atau plastis, tahan selama 10-15 menit, kemudian relaksasi.
b.      Ulangi selama 15 menit (satu kali); lakukan 15 kali setiap hari
·         Nasihatkan pasien bahwa gejala iritasi saat berkemih tidak segera hilang sesudah penyembuhan obstruksi ; gejala akan hilang dengan sendirinya.
·         Beritahukan kepada pasien untuk menghindari berhubungan intim, mengatur BAB, tidak mengangkat benda berat dan tidak duduk dalam jangka waktu yang lama selama 6-8 minggu sesudah operasi sebab dapat menyebabkan striktur uretra dan pertumbuhan prostat kembali sesudah TURP.

4.      Berikan obat sesuai pesanan dan monitor serta ajarkan pasien tentang efek samping :
a.       Adrenergic blocker, hipotensi, hipotensi orthostatic, dan syncope (khususnya setelah pemberian dosis pertama) ; impoten; gangguan penglihatan ; serta hipertensi rebound.
b.      Finasteride (proscara), disfungsi hepatic, impoten, dan interferens dengan pemeriksaan PSA
c.       Kaji dan ajarkan pasien mengenai hematuria dan tanda infeksi
Evaluasi
1.      Mengeluarkan kencing adekuat tanpa urine residu
2.      Menjelaskan prosedur pembedahan dan komplikasi
3.      Tidak terjadi infeksi atau perdarahan abnormal.

BEDAH PROSTAT
Bedah prostat bias adilakukan pada BPH atau kanker prostat. Penatalaksanaan bedah tergantung pada ukuran kelenjar, beratnya sumbatan, penyakit yang mendasari , dan penyakit prostat.
PROSEDUR PEMBEDAHAN
1.      Reseksi transuretra prostat (TUR atau TURP) lebih umum dilakukan tanpa insisi melalui penggunaan alat endoskopi
2.      Open prostectomy:
·               Suprapubik, insisi pada derah suprapubuk dan melalui dinding kandung kemih ; sering dilakukan pada BPH
·               Perineal, insisi antara skrotum dan daerah rectal, dilakukan bagi pasien dengan resiko pembedahan.

ASKEP PRA OPERASI
1.      Jelaskan prosedur dan perawatan pascaoperasi, meliputi drainase kateter,irigasi,dan pemantauan hematuria.
2.      Diskusikan komplikasi pembedahan dan bagaimana koping pasien :
·         Inkontinesia urine selama lebih dari 1 tahun sesudah pembedahan; latihan kegel  akan membantu mrngontrol urinaria.
·         Ejakulasi retrograt,cairan akan masuk ke dalam  kandung kemih dan keluar melalui urine dari pada memalui uretra selama hubungan intim; kadang terjadi impoten sebagai komplikasi open prostectomy.
3.      Penatalaksanaan fecal sesuai resep ,atau instruksikan pasien mengatur BAB di rumah dan puasa sessudah jam 12 malam.
4.      Penatalaksanaan kardiak secara optimum,respiratori,dan sisten sirkulasi untuk menurunkan resiko komplikasi.
5.      Pemberian propilaktik antibiotic sesuai dengan resep.

ASKEP PASCA OPERASI
1.      Penatalaksanaan drainase urinaria dan monitor perdarahan.
2.      Lakukan perawatan luka dan pencegahan infeksi.
3.      Monitor dan cegah komplikasi :
·         Infeksi luka operasi
·         Sumbatan urinaria dan infeksi
·         Perdarahan
·         Tromboplebitis dan emboli pulmonal
·         Incontinensia urinaria dan disfungsi seksual
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan prosedur pembedahan dan pemasangan kateter urine di tandai dengan :
·         DS : status pembedahan
·         DO : terdapat luka operasi dan kateter
2.      Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan,imobilitas,dan pemasangan kateter urine di tandai dengan :
·         DS : status pembedahan
·         DO : imobilitas,terpasang kateter,dan terdapat luka operasi
3.      Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan di tandai dengan :
·         DS : laporan adanya nyeri pada luka operasi
·         DO : adanya luka operasi serta ekspresi wajah meringis dan menahan sakit
4.      Cemas berhubungan dengan inkontinensia urine,disfungsi seksual di tandai dengan :
·         DS : pasien banhyak bertanya mengenai kondisi kesehatannya
·         DO : inkontinensia urine dan gangguan infeksi

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan prosedur pembedahan dan pemasangan kateter urine
tujuan : fasilitasi drainase urine
1.      Atur kepatenan lokasi kateter uretra sesudah pembedahan dengan cara :
a.       Monitor penutup aliran irigasi three-way dan system drainase jika di gunakan
b.      Lakukan irigasi manual 50 ml cairan irigasi dengan menggunakan teknik aseptic
c.       Cegah overdistensi kandung kemih ,karena dapat menyebabkan perdarahan
d.      Berikan antikolinergik sesuai anjuran untuk menggurangi spasme kandung kemih
2.      Kaji tingkat perdarahan dan kandungan ; drainase harus berwarna merah mudah terang selama di gunakan 24 jam dengan cara :
a.       Laporkan adanya perdarahan berwarna terang dengan meningkatkan viskositas ( arteri ) mungkin di butuhkan tindahkn pembedahan.
b.      Laporkan setiap peningkatan perdarahan yang gelap ( vena ),mungkin di butuhkan gtraksi kateter sehingga letak balon menekan fosa prastatika.
c.       Siapkan transfusi untuk mengantisipasi terjadi perdarahan.
3.      Berikan cairan infuse sesuai anjuran dan berikan cairan oral jika dapat di toleransi untuk hidrasi dan pengeluaran urine.
Diagnosa keperawatan  2: Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan,imobilitas,dan pemasangan kateter urine
Pencegahan infeksi
1.      Atur bedrest selama 24 jam dengan monitoring tanda vital,asupan dan keluarkan secara teratur,dan observasi balutan insisi jika ada.
2.      Sesudah 24 jam,lakukan ambulasi untuk mencegah thrombosis,emboli pulmonal,dan pneumonia hipostatik
3.      Observasi warna urine(gelap),bau,dan evaluasi adannya infeksi
4.      Berikan antibiotic sesuai dengan resep
5.      Laporkan setiap nyeri yang hebat,pembengkakan,dan ketengangan yang menandakan adanya epididimis dari penyebaran infeksi
6.      Kaji dengan melakukan perawatan parineal jika insisi parineal di lakukan untuk mencegah kontaminasi feses

Dignosa keperawatan 3 : Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan
Tujuan : hilangkan nyeri
1.      Penatalaksanaan pengobatan nyeri atau monitor PCA sesuai petunjuk
2.      Atur posisi untuk kenyamanan dan beritahukan kepada pasien untuk mencegah ketegangan,yang akan meningkatkan vena pelvic dan dapat menyebabkan perdarahan.
3.      Penatalaksanaan BAB yang lunak untuk mencegah ketidaknyamanan dari konstipasi
4.      Pastikan kateter berad pada paha dan tuba agar tidak menyebabkan kateter tertarik,karena dapat menyebabkan nyeri dan potensi perdarahan.
Diagnosa keperawatan 4 : Cemas berhubungan dengan inkontinensia urine,disfungsi seksual
Tujuan : hilangkan cemas
1.      Jelaskan keadaan yang sebenarnya tentang ketidaknyamanan pasca bedah dengan cara :
a.       Beritahukan pasien untuk menghindari berhubungan badan,maengatur BAB,tidak mengangkat berat,tidak duduk terlalu lama selama 6-8 minggu sesudah pembedahan,sampai terjadi penyembuhan fosa prostatic
b.      Nasihatkan control sesudah pengobatan,sebab striktur uretra dapat terjadi dan pertumbuhan kembali prostat sesudah TURP.
2.      Pastikan bahwa inkontinensia urinaria ,frekuensi berkemih, mendadak berkemih,dan disuria dapat terjadi sesuadah kateter di lepas dengan cara :
a.       Jika pasien kembali ke rumah dengan kateter,kateter akan di lepas sekitar tiga minggu ketika sistogram menunjukan kesembuhan.
b.      Diskusikan pemakaian produk absorben untuk menampung urine
c.       Nasihatkan bahwa inkontinensia dapat terjadi ketika terjadi peningkatan tekanan abdominal ,seperti saat batuk,tertawa,dan tegang.
3.      Ajarkan ukuran untuk mengontrol urinaria
a.       Anjurkan pasien berimajinasi mengenai adanya telur di dalam rectum ,serta lemaskan dan kencangkan otot  untuk memecahkannya dengan posisi menahan,kemudian relaksasi. Pemakaian otot abdominal akan meningkatkan inkontinensia
b.      Beri tahu pasien agar berhenti    mengeluarkan kencing sambil menahan selama beberapa detik. Praktikan 10-20 kali sejam sambil menahan.
4.      Beritahukan resiko penting sesuai anjuran ahli bedah. Ingatkan pasien bahwa fungsi ereksi mungkin tidaak kembali selama enam bulan
5.      Bantu pasien untuk menguungkapkan ketakutan dan kecemasan berhubungan dengan potensial kehilangan fungsi seksual dan diskusikan dengan pasangan.

1 komentar:

  1. terimakasih informasinya, lengkap dan membantu sekali

    http://acemaxsshop.com/obat-tradisional-kanker-prostat/

    BalasHapus